Krisis Global dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Nasional
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat dan karuniaNya penulis dapat
menyusun makalah ini yang berjudul ³ Krisis Global dan Dampaknya terhadapmperekonomian
Nasional
Masalah krisis global merupakan
topik yang sedang hangat di perbincangkan pada saatini. Krisis yang terjadi di
Negara AS itu mempengaruhi perekonomian Global, perekonomian seluruh Negara di
dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Krisis tersebut memberikan banyak dampak
terhadap roda perekonomian kita. Segala sektor kehidupan pun ikut terkena
dampaknya.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk
masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memperluas
wawasan kita mengenai krisis global sertadampaknya terhadap perekonomian
nasional
Jakarta, 23 November
2012
Penulis
Krisis Global dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Amerika Serikat adalah Negara adikuasa yang sangat
berpengaruh terhadap Negara-negara lain didunia. Terlalu banyak
persoalan-persoalan krusial yang melibatkan dan melintasi dimensi kemanusiaan.
Jutaan masyarakat miskin dipenjuru dunia seolah nasibnya digantungkan pada
gonjang ganjing krisis global, seperti harga bahan bakar minyak dan masalah ketahanan pangan.
Hal ini pun menjadi ancaman serius bagi Negara-negara di dunia, terutama
Negara berkembang.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara-negara yang ada di
bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Diakui ataupun
tidak, krisis yang sedang dihadapi hampir semua Negara yang ada ini merupakan
imbas dari krisis financial yang terjadi di Negara adidaya, Amerika
Serikat. Krisis ekonomi yang terjadi di amerika serikat
mengherankan banyak orang. Banyak yang terkejut mengapa Negara sebesar
Amerika Serikat bisa mengalamikrisis ekionomi atau moneter yang merontokan
pasar saham dan keuangan di Amerika Serikatdan bahkan di dunia.
Pada awal krisisnya hanya sebatas melanda Negara Amerika
Serikat, Eropa, dan negara Negara yang bergabung di Uni Eropa. Aliran
gelombang krisis yang keras ternyata sampai dikawasan Asia. Para investor yang
menanamkan modalnya pada sektor non riil mulai menarik kembali dana-dana
mereka yang tertanam di lantai bursa. Penarikan dana dengan dominasi mata uang
asing oleh investor di beberapa Negara kawasan Asia tujuannya adalah menutupin
kerugian keuangan yang tengah melanda Negara-negara investor tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Dampak yang terjadi akibat dari krisis hebat yang dialami
Amerika Serikat sangat terasa bagi kita. Kebanyakan dari kita mengeluhkan
apa yang tengah terjadi sekarang. Tidak hanya para pelaku ekonomi saja
yang merasakan, tetapi kita sebagai masyarakat dan juga sebagai consumer
merasakan dampaknya.
Bicara lebih lanjut mengenai para pelaku ekonomi, mereka
adalah orang-orang yang jelas-jelas terkena dampak dari krisis ini. Mereka
harus berfikir keras bagaimana cara pandang mereka dalam mencari celah untuk
mendapatkan profit atau laba dari kegiatan ekonomi yangmereka lakukan, tanpa
mengakibatkan kerugian dalam usaha mereka itu sendiri.
BAB 2
PEMBAHASAN
Krisis keuangan yang tengah terjadi di Amerika Serikat sudah
terlihat tanda-tandanya beberapa waktu yang lalu, tetapi baru dianggap
serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8Oktober 2008 saat ISHG di BEI
turun tajam sampai 10.38% dan mengaruskan pemerintah menghentikan kegiatan di
pasar bursa modal beberapa hari.
Sebenarnya banyak akibat yang dirasakan oleh Indonesia
dengan adanya krisis keuangan di Amerika Serikat, baik akibat positif seperti
turunnya harga minyak dunia yang menembus $61 per barel, dan akibat
negative seperti turunnya nilai rupiah, berkurangnya nilai export, turunnya investasi
atau terjadi flyingout, namun demikian akibat negative lebih banyak dirasakan
bagi perokonomian Indonesia terutama bagi sector riil yang mempunyai
pangsa export, pemerintah harus sungguh-sungguh menangani masalah ini karena
pada akhirnya apabila tidak tertangani dengan benar akan mengakibatkan
distabilitas Negara atau sering orang bilang akan terjadi krisis seri kedua.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara-negara yang ada di
bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Diakui ataupun
tidak, krisis yang sedangdihadapi hampir semua Negara yang ada ini merupakan
imbas dari krisis financial yang terjadi di Negara adidaya, Amerika
Serikat. Krisis ekonomi yang terjadi di amerika serikat
mengherankan banyak orang. Banyak yang terkejut mengapa Negara sebesar
Amerika Serikat bisa mengalamikrisis ekionomi atau moneter yang merontokan
pasar saham dan keuangan di Amerika Serikatdan bahkan di dunia.
Ada
beberapa kasus yang dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis saat ini,
antara lain:
1.
Penumpukan hutang nasional hingga
mencapai 8.98 trilyun dollar AS sedangkanPDB hanya 13 trilyun dollar AS2.
2.
Terdapat program pengurangan pajak
korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar (akibatnya pandangan AS berkurang).
3.
Pembengkakan biaya perang Irak dan
afganistan (hasilnya Irak tidak aman danOsama Bin laden tidak tertangkap juga)
setelah membiayai perang Korea danVietnam4.
4.
CFTC ( Commodity Futures Trading
Commision) sebuah lembaga pengawas keungan tidak mengawasi ICE (Inter
Continental Commision) sebuah badan yangmelakukan aktifitas perdangangan
berjangka, dimana ICE turut berperan mendongkrak harga minyak hingga USD
100/barel5.
5.
Subprime Mortgage: kerugian surat
berharga property sehingga membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman Saschs,
Mitsubishi UFJ6.
6.
Keputusan suku bunga murah dapat
mendorang spekulasi.
Aktor-aktor yang berperan dalam
krisis financial di Amerika Serikat :
:
a.
Kreditor perumahan murah
Banyak perusahaan di AS memiliki spesialisasi memberikan kredit
perumahan bagi orang-orang yang sebenarnya tidak layak di beri kredit subpime
lenders. Para perusahaan tersebut berani memberikan kredit karena kalau
terjadi gagal bayar, perusahaan tinggal menyita dan menjual kembali rumah yang
di kreditkan. Untuk membiayai kredit ini, para perusahaan ini umumnya juga
meminjam dari pihak lain dengan jangka waktu yang pendek sekitar 1-2 tahun,
padahal kredit yang membiayai merupakan kredit perumahan jangka panjang sampai
20 tahun. Sehingga terjadi ketimpangan (mismatch) kredit.
Akibat gagal bayar terhadap kredit perumahan tersebut,
membuat banyak perusaahan kredit perumahan ini tidak mampu membayar kembali
utangnya, yang ujungnya bangkrutnya beberapa perusahaaan tersebut. Saham
perusahaan lain yang tidak mengalami kebangkrutan juga ikut terimbas sentiment
negative dan membuat takut para investor - investor.
Selain pinjaman dari pihak ketiga, para perusahaan
pembiayaan kredit rumah ini juga menerbitkan semacam Efek Beragun Aset (EBA)
yang dijual kepada perbangkan dan investor, baik kepada institusi maupun
kepada individu keberbagai Negara. EBA juga merupakan instrument untuk membagi
resiko. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kekhawatarin terhadap kemungkinan
gagal bayar para debitor yang tidak layak tersebut justru berdampak pada
investor secara global baik yang memiliki EBA, maupun investor yang hanya
terimbas sentiman negative.
b.
Perusahaan pemeringkat
Perusahaan pemeringkat seperti Moody’s dan Standart and Poor’s
diduga ikut mengambil bagian dalam krisis subprime mortage ini.
Perusahaan-perusahaan pemeringkat ini dinilai terlalu lamban mengantisipasi
gagal bayar utang kredit perumahan itu. Padahal tugas lembaga pemeringkat
adalah mengevaluasi obligasi atau instrument utang lainnya dan memberikan
rating yang mencerminkan resiko instrument utang tersebut.
c.
Investment banks (Bank Investasi)
Investment Banks seperti Goldmas sachs, Bear Stearns juga
ikut terlibat dalam terjadikrisis subprime mortagage ini. Karena mereka
memiliki spesialisasi mengembangkan instrument investasi seperti EBA yang
dijual ke perbangkan dan institusi keuangan. Investment Banks ini juga
terkena imbas dan merugi di beberapa dana investasinya yang terkait dengan
utang beresiko tinggi. Sementara Bank sentral dan private equity fund dicatat
sebagai pihak yang paling besar terimbas dari dampak krisis ini. Private
equity fund adalah manajer investasi yang merancang pembelian dan
penjualan perusahaan. Mereka umumnya meminjam uang dengan bunga rendah yang
digunakan untuk membeli saham di bursa. Saham yang dibeli umumnya di
jaga performance agar menarik minat investor lain untuk membeli. Saham
tersebut akan dijual setelah harganya tinggi dalam waktu yang tidak lama.
Sedangkan bank sentral dunia seperti Bank of England (BOE),
US Federal Reserve (TheFed) dan Eropean Central Bank (ECB) sebagai pihak yang
merancang tingkat suku bunga demimengontrol inflasi dan menjaga pertumbuhan
ekonomi. Kebijakan tingkat bunga rendah itulahyang memicu pasar untuk melakukan
investasi besar di perumahan. Namun kini bank sentralharus menggelontarkan
banyak dana ke pasar untuk menyuplai kebutuhan dana kas yang besar.
Dampak krisis Amerika Serikat pada
Negara-negara di dunia:
Pemilik surat utang Subrime Mortage bukan hanya perbankan di
Amerika Serikat, tetapi juga perbangkan di Australia, Cina, India dan
Negara-negara lainnya. Dampaknya, harga saham perbangkan di seluruh dunia
jatuh. Hal ini pun menyalut kekhawatiran para pelaku pasar,
karena bermasalahnya bank akan berdampak pada melemahnya kegiatan
perekonomian.
Peraturan Bank Indonesia tidak memungkinkan perbankan
membeli surat utang berperingkat rendah, sehingga perbankan Indonesia
tidak memiliki surat utang subprimeMortage. Akan tetapi. Karena harga saham
perbankan dinegara tetengga jatuh, investor asing juga menjual saham perbankan
dan non perbankan di Indonesia. Investor local akhirnya jugaikut melakukan aksi
jual. Apalagi harga saham dan obligasi di Indonesia sudah naik banyak,maka
investorpun melakukan aksi ambil untung. Inilah yang menyebabkan harga saham
turun,imbas hasil obligasi naik dan kurs rupiah melemah, bahkan minat terhadap
penawaran sahamBNI juga sempat terganggu.
Sterilnya perbankan dan korporasi Indonesia dari kepemelikan
subprime mortgagemenyebabkan dampak krisis pada pasar keuangan domestic berupa
pelepasan surat berhargadomestic terutama SUN dan SBI oleh investor asing. Pada
bulan Juli dan Agustus 2007 terjadi penurunan kepemilikan asing pada SUN
dan SBI yang cukup signifikan.investor asingdiperkirakan equity friendly dan
cenderung mengalihkan penanaman dari SUN pada equity ataurisk free treasury
bill. Hal ini terkait dengan tingginya suplai risk SUN atas potensi
penurunanSUN rupiah (neraca pembayaran Indonesia 2007).
Pada bulan Agustus 2007, harga-harga saham di BEJ mengalami
koreksi, akibat masih berlanjutnya tekanan di bursa Wall Street dan
regional, mengakibatkan IHSG turun 89,112 poinatau 4,11% pada satu jam pertama
perdagangan tanggal 15 agustus 2007.
Turunnya IHSG memicu melemahnya nilai tukar rupiah saat itu,
dari Rp 9.000,- menjadiRp 9.400. Dow Jones Average juga kehilangan 207,61 poin
atau turun 1,57%. Masih dalam priode waktu yang sama, indeks Nikkei
mengalami kemerosotan 267,22 poin. Penurunan dratisini dapat dilihat dalam
grafik perkembangan pasar modal di Asia Pasifik dan pasar modal diBarat dan
Jepang.
Koreksi besar-besaran yang terjadi akibat krisis subprime
mortgage ini juga merambat kesektor-sektor lainnya. Kepanikan antara bulan
Februari-Maret 2007 dan semua bidang -6%, dan pada bulan Juni-Juli 2007
saham-saham mortgage turun lagi hingga -41% dan saham-saham keuangan
-18%.Dampak subprime mortgage Amerika Serikat di Indonesia memang besar juga dampaknya
terhadap Negara-negara lainnya, karena adannya peraturan BI yang
tidak memungkinkan perbangkan membeli surat utang berperingkat rendah, namun
sebenarnya dampak krisis financial ini masih tersisa di dunia.
Pada 3 Maret 2008, tempointeraktif.com menyebutkan bahwa
pasar saham Asia jatuhsetelah UBS AG memprediksikan bahwa perusahaan keuangan
global kemungkinan akankehilangan sekitar US$ 600 miliar karena kridit macet
hipotek perumahan subprime mortgage diAmerika Serikat. Westpac Banking Corp
merugi 3,3 persen sedangkan Macquarie Group Ltd.Kembali tergelincir di hari
ketiga. Pemasukan uang dalam perdagangan Amerika menurun 4,7 persen dari
penutupan saham di Tokyo 29 Februari 2008, dimana Sony Corp rugi 3.6%,
setelahYen menguat terhadap dollar, sehingga mengurangi pendapatan di luar
negri. Index Australiaanjlok hingga 2.9% menjadi 5,410.90 pada pukul 10.12 di
Sydney. Index New Zealand¶s NZX50, yang menjadi patokan Asia untuk memulai
perdagangan, turun 1,1% menjadi 3,542.16 diWellington
Dampak krisis Amerika Serikat terhadap
Ekonomi Indonesia
Ada beberapa hal yang bias di baca
sebagai dampak atas krisis global ini terhadap perekonomian di Indonesia.
Berikut ini dampak resesi global ini
terhadap perekonomian Indonesia:
·
Melemahnya nilai tukar .nilai tukar
rupuiah pada tanggal 10 oktober sempat menembusRp 9.860 per USD. Di pasar antar
Bank, rupiah bahkan sempat menembus Rp 10.000 per USD.
·
Investor dunia panic parah.
Akibatnya bursa saham Indonesia turun sebanyak 41%(sebelum kegiatannya
dihentikan untuk sementara mulai Rabu, 8 Oktober 2008). Hargasaham bener-bener
turun drastic.
·
Krisis perbankan global bisa
mempengaruhi sector riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Karena sector
perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan engganmeminjamkan
dollarnya, termasuk ke bank-bank Internasional di Eropa dan \Asia.Akibatnya,
perbankan internasional kekurangan dollar untuk member pinjaman
kepada pengusaha dunia, yang membutuhkan dollar untuk investasinya (untuk
impor mesin, bahan baku, dan sebagainya) termasuk di Indonesia.
·
Dampak resesi ekonomi AS dan Eropa
terhadap Indonesia tentunya negative, tetapi karena NET ekspor (ekspor dikurang
impor) hanya mengerekkan 8% dari produk domestic bruto (PDB) Indonesia,
maka dampaknya relative kecil dibandingkandengannegara tetangga yang
bergantunggan ekspornya ke AS besar, misalnya Hongkong,Singapura, dan Malaysia.
Pada Negara berjumlah penduduk banyak seperti Indonesia belanja
masyarakatnya merupakan motor penggerak ekonomi yang kuat, untuk
ekonomiIndonesia, dampak negative kenaikkan harga bahan bakar minyak sebesar 125%
pada2005 jelas lebih besar dari pada dampak resesi ekonomi AS
·
Krisis financial global dan
lumpuhnya system perbankan global yang yang berlarut akan berdampak sangat
negative terhadap Indonesia, karna pembiayaan kegiatan investasi
di penyerapan tenaga kerja melambat dan akibatnya daya beli masyarakat
turun, yangakhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi seperti
ini tentunyayang biasa dilakukan adalah efisiesi. Bisa jadi itu dilakukan
dengan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Itu sudah menjadi
konsekwensi kalo daya saing produk kita terus berkurang sementara biaya
produksi meningkat.
Dampak secara global
Krisis global di AS kali ini menimbulkan dampak luar biasa
secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha
mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka beramai-ramai
menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal2008, bursa saham
Cina anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum semua kegiatandihentikan
sementara) dan zona eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata
uang Negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi para
speculator komoditasminyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi
konsumsi energy dunia.
Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global pada
dasarnya hanya mempengaruhiinvestor pasar modal. Tetapi krisis perbankan global
bisa mempengaruhi sector riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita
yang terjadi adalah sector perbankan AS sedang terpuruk,kekurangan modal, dan
enggan meminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank internasional dieropa dan
Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk member
pinjamanke para pengusaha dunia yang membutuhkan dollar untuk investasi (untuk
impor mesin, bahan baku dan sebahagiannya) termasuk di Indonesia.
Dampak Di Indonesia
Dampak resensi ekonomi AS dan Eropa terhadap Indonesia
tentunya negative, tetapikarna NET ekspor hanya mengerakan sekitar 8% dari
produk domestic brouto (PDB) Indonesia,maka dampaknya relative kecil dibandingkan
dengan Negara tetangga yang ketergantunganekspornya ke AS besar misalnya
hongkong,Singapura dan Malaysia.
1.
Melemahnya nilai tukar rupiah
Akibat krisis moneter di AS, nilai tukar rupiah melemah dan
sempat menembus Rp 9.860 per USD. Di pasar antar bank. Melemahnya rupiah
yang terjadi saat ini masih sejalan dengan beberapa mata uang lainnya. Berbeda
dengan krisis 1997, BI kini juga mengetahui pencatatan valas perbankan bank. BI
juga tetap waspada dan terus menjaga agar tidak terjadi pergerakan gejolak yang
terlalu besar.BI sebagai bank sentral meminta pasar tidak panic menghadapi
situasi saat iniTurbelensi di pasar financial saat ini terjadi di seluruh
dunia. Bank sentral akn terusmemantau perkembangan ekonomi global, dan berusaha
agar dampaknya bisa seminimal mungkin.
2.
Jatuhnya bursa saham
Dampak lain yang terjadi akibat krisis moneter di AS adalah
jatuhnya bursa saham yangterjadi dalam pertengahan Oktober 2008. Meskipun para
ahli ekonomi menilai kecilkemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis ekonomi
berupa ambruknya perbankan dansektor riil. Namun untuk meningkatkan kepercayaan
pelaku pasar, pemerintah sebaiknya focusmenjaga daya beli masyarakat
Para ahli menilai tingkat krisis yang dihadapi Indonesia
sangat berbeda dengan AS,Eropa, dan Negara maju lainnya. Di AS, krisis telah
masuk ke semua sektor, mulai dari pasar modal, perbankan dan sektor
riil Namun di Indonesia krisis hanya terjadi di pasar modal, krisis yang
terjadi di pasar modaldinilai tidak mudah bertransmisi ke sektor lain mengingat
kontribusi pasar modal dalam systemkeungan Indonesia sangat kecil.
3.
Bidang Ketenagakerjaan
Krisis ekonomi AS sangat berdampak terhadap masyarakat
khususnya tenaga kerja.Departemen ketenagakerjaan AS, baru saja mengumumkan
jumlah pengangurfan mencapai 6.1% jauh lebih tinggi dari prediksi yang
diakibatkan oleh krisis. Jumlah ini meningkat menyusul pemutusan hubungan
kerja (PHK) ribuan tenaga kerja akibat krisis ekonomi. Perubahan tingkat strategi
kebijakan DPR AS terhadap paket kebijakan penyelamatan ekonomi atau RUU
Bailoutdengan dana sebesar US$ 700 miliar ternyata belum mendongkrak
kepercayaan pasar.
4.
Menurunnya daya beli masyarakat
Krisis ekonomi AS dan global berdampak pada ekonomi
Indonesia, karena masih banyak kebutuhan dalam negri Indonesia yang masih
mengandalkanimport dari Negara lain. Berdampak ke kost ( karena terjadi
selisih nilai tukar mata uang ) harga menjadi mahal, sehingga inflansitinggi,
daya beli masyarakat menurun. Buntutnya makin banyak rakyat miskin dan
pengangura.Penganguran dan kemiskinan tidak perlu mengkambing hitamkan krisis
ekonomi global (walause betulnya berpengaruh juga), tapi seharusnya kita
menyadari dan mengakui bahwa fundamental ekonomi di Indonesia memang lemah.
Kita terlalu terpaku untuk mengampungkan sesuatu dengan
sedikit-sedikit melakukanimport tanpa berusaha untuk mengembangkan dan
memperkuat perekonomian Indonesia,ketahanan pangan pun lemah. Memang dalam
jangka pendek dan hitung-hitungan dagang mungkin menguntungkan. Tetapi begitu
terjadi krisis, dampaknya lagsung terasa, makanya jangan heran Indonesia
menjadi sasaran produk murah dari luar negri yang kasusnya bermacam-macam
seperti susu yang mengandung melamin.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada awalnya krisis hanya sebatas melanda Negara Amerika
Serikat, Eropa, dan Negara-negara yang bergabung di Uni Eropa. Namun , aliran
gelombang krisis yang keras ternyata sampai dikawasan Asia. Para investor yang
menanamkan modalnya pada sektor non riil mulai menarik kembali dana-dana mereka
yang tertanam dilantai bursa. Penarikan dana dengan dominasi mata uang asing
oleh investor di berbagai kawasan Asia tujuannya adalah menutupi kerugian
keuangan yang tengah melanda Negara-negara investor tersebut.
Kebijakan penarikan dana semakin agresif seiring dengan
keringnya liquiditas Negara-negara investor. Perilaku ini bisa kita cermati
dengan meroketnya bunga pasar uang antar bank. Sebelumnya munculnya krisis
keuangan global yang dipicu ambruknnya beberapa lembaga keuangan di besar AS,
pertemuan mentri keuangan Asia Eropa di korea Selatan pada Juni 2008 hanya
membahas pelajaran yang dapat diambil Asia dari integrasi system keuangan di
benua Eropa serta pendekatan pasar yang dimungkinkan dari kesepakatan mengatasi
perubahan iklimKrisis financial global yang dampaknya kini dirasakan oleh
hampir seluruh Negara-negara didunia ini adalah salah satu dampak dari tantanan
ekonomi global yang saling berkaitan tersebut.
SARAN
·
Selain menyediakan cash untuk
keperluan kita dan keluarga, mulailah membeli dan pakailah produk-produk
dalam negri. Sekarang semua Negara membutuhkan cash, istilahnya tidak ada yang
membeli dagangan mereka, semua Negara maunya jualan produk mereka supaya
dapat cash. Untuk apa kita memberikan rakyat, tapi Negara lainyang mendapatkan
pendapatannya. Jadi, pakailah semua produk dalam negri, mulai kita mulai dari
diri kita sendiri.
·
Produk impor yang menggiurkan sudah
banyak masuk ke wilayah Indonesia. Itu sebabnya dagangan dari Negara lain yang
tidak laku di USA karena USA dan Negara-negara kaya dan maju sudah bangkrut sehingga
minatpun menjadi berkurang. Harga barang-barang itu murah, tapi sekali
lagi..untuk apa kita memberi makan Negara lain sementara Negara-negara itu
tidak mempunyai kapasitas lagi member kita makan. Ini bukan kondisi normal
lagi ketika perdagangan antar Negara terjadi karena saling membutuhkan.
·
Bagi yang punya rekasa dana saham,
jika nilai investasi kalian sudah di bawah 50%, biarkan saja, jangan
dijual, karna kalo dijual maka uang tersebut benar-benar akan tinggal sedikit.
Biarkan saja, karna nanti akan kembali lagi pada kondisi normal. Tapi kali ini memang
lama, minimal 2 tahun bahkan lebih, sekali lagi, ini krisis yang sangat
besar,terbesar sepanjang dunia modern.
Daftar Pustaka
Mu’arif, Samsul, dkk. 2008.Obama’s miracle ( kemenangan Dari
Jakarta ). Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
http://www.suarapembaca.detik.com/read/2008/10/29/094311/471/pengaruh-krisis-global-ke-sektor-rii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar